Namanya Ikhsan...

Hari ini adalah jadwal skill lab anamnesis dan pemeriksaan fisik kelainan hematologi bagi para mahasiswa blok 14. saya mengawali hari ini dengan sangat tidak menyenangkan. mengapa? karena saya terlambat 10 menit dari jadwal yang ditetapkan. tapi saya masih beruntung karena dosennya tidak ganas seperti dosen-dosen blok 14 yang lainnya sehingga meskipun saya terlambat, saya masih diizinkan masuk. setelah duduk, saya agak terkejut karena ternyata pengantar skill lab kelas reguler dan non-reguler digabung, sehingga ruangan sangat sesak dan bising. sang dosen pun memposisikan diri di tengah kelas dengan amplitudo mikrofon yang kecil dan sangat tidak jelas sehingga banyak mahasiswa yang tidak terlalu dapat menangkap apa yang dibicarakan oleh dosen tersebut. oke, what a bad day. setelah kuliah pengantar skill lab berakhir, akhirnya tibalah saat pengelompokkan untuk pembagian skill lab yang sesungguhnya. semua kelompok dibagi menurut nomor absen, kecuali beberapa orang yang disisihkan di kelompok terakhir. dan saya termasuk orang kurang beruntung yang disisihkan di kelompok tersebut. 

dari 116 mahasiswa kelas reguler, hanya dibagi menjadi 5 kelompok. berarti asumsinya 1 kelompok itu terdiri dari sekitar 20-an orang. just imagine, 20-an orang dijejalkan dalam ruang tutorial yang kapasitasnya hanya untuk 10 orang! what a crowded situation! bahkan AC pun terasa tak dingin lagi ketika kami masuk dalam ruangan tutorial tersebut. setelah semua anggota kelompok kami duduk, sang probandus (contoh pasien) pun masuk. tapi yang jadi masalah sekarang, dimanakah sang dokter??? setelah beberapa lama menunggu akhirnya sang dokter masuk. penjelasan dimulai dari anamnesis. oh iyaa, saya lupa memperkenalkan sang probandus. probandusnya adalah seorang anak pengidap thalasemia yang berusia 2 tahun, dia didampingi oleh kedua orang tuanya. setelah penjelasan tentang anamnesis, sang dokter pun mulai merambah ke penjelasan tentang pemeriksaan fisik. disaat kami hendak melakukan interview terhadap orang tua pasien, tiba-tiba sang anak rewel dan nangis-nangis, orang tuanya minta pulang karena susunya ketinggalan di kamar rumah sakit. dan akhirnyaaaaaaaaaa, kami pun dialihkan ke kelompok lain. kembali bayangkan, 1 ruang tutorial yang kapasitasnya hanya untuk sekitar 10 orang, dijejalkan untuk 20 orang, dan ditambah 20 orang lagi. wow, sebuah rekor!!! tapi tak apalah, menuntut ilmu memang butuh pengorbanan...

di kelompok ini, saya bertemu dengan seorang bocah laki-laki bernama Ikhsan. dialah sang probandus. dari fisiknya, saya sudah bisa menebak bahwa dia seorang pasien Thalasemia (dilihat dari wide epicanthus yang ada di wajahnya). lalu, dimulai lah percakapan kami dengan si pasien:

Saya: adek sakit apa?
Ikhsan: thalasemia
Saya: umurnya berapa dek?
Ikhsan: 14 tahun
Saya: wah, udah sekolah dong, kelas berapa dek?
Ikhsan: kelas 2 SMP
Teman saya: sudah sejak kapan kena thalasemia?
Ikhsan: dari umur 11 bulan
Saya: udah sering transfusi?
Ikhsan: setiap 3 minggu sekali, setiap transfusi bisa sampai 2 kantong
Teman: di keluarganya ada yang thalasemia juga ga dek?
Ikhsan: ada, adek saya, dia juga thalasemia
Teman saya: awalnya gimana dek orangtua adek bisa tau kalo adek thalasemia?
Ikhsan: waktu itu saya panas tinggi dan ga turun-turun panasnya, terus pas di bawa ke rumah sakit, ga taunya kena thalasemia

di sela-sela obrolan kami, sang dokter pun menyela, kata beliau, "seharusnya kalian itu menganamnesis pasien ini seolah-olah kalian belum tau penyakitnya apa, tapiii karena si pasien ini pintar, makanya dia mengarahkan kalian langsung pada diagnosis kasus. bukannya memancing pasien, kalian malah yang terpancing oleh pasien ini"... kami tertawa ricuh mendengar pendapat sang dokter. tak berapa lama kemudian, sang dokter pun keluar ruangan. obrolan dengan Ikhsan pun kami lanjutkan.

Teman saya: kayaknya adek ini udah pernah spleenectomy deh... *spleenectomy=pemotongan limpa untuk mengurangi perombakan sel darah merah pada pasien thalasemia, biasanya dilakukan karena sudah terjadi pembesaran limpa yang sangat parah*
Ikhsan: iyaa, kemaren limpa saya dibuang 2 kg
Kami: wuaaahh, pinter banget adek ini, ngerti apa yang kami omongin, ckckckckkckkk...
Kami: selain transfusi, adek makan obat lain ga?
Ikhsan: iya, 11obat sekali makan
Kami: adek tau ga obatnya apa aja?
Ikhsan: vitamin C 6 butir, vitamin E 5 butir, dan askardia
Kami: *bisik-bisik*, wah, askardia itu apa yaa, baru denger, eh tanyain aja sama adek ini, kayaknya dia pinter banget. eh dek, askardia itu fungsinya untuk apa yaa?
Ikhsan: oh, itu obat pengencer darah kak
Kami: *weee, pinter banget nih adek*, makan obat untuk mencegah penumpukan zat besi ga dek?
Ikhsan: iyaa, makan deferasiroks
Kami: adek ada pantangan ga dalam makan?
Ikhsan: iya, ga boleh makan kangkung, katu, genjer, daun ubi
Kami: wah kenapa tuh dek?
Ikhsan: ya karena mengandung zat besi lah, *pada pasien thalasemia, konsumsi zat besi berlebihan dapat memperparah peningkatkan jumlah besi dalam darah (akibat transfusi)*
Kami: hehhehee *sebenarnya malu karena menanyakan pertanyaan sebodoh itu ke anak kecil sepintar Ikhsan*

sang dokter pun masuk, memberi susu kotak dan permen kepada Ikhsan...


Dokter: dibuka susunya dek... oh iya, ga puasa kan?
Ikhsan: puasa dok
Dokter: *sambil memandang kami*, ayahnya bilang, dia ini puasa karena dia yakin bahwa dengan puasa penyakitnya ini bisa sembuh... oh iya, jenis thalasemia pada pasien ini apa?
Ikhsan: *belum sempat kami menjawab*, Mayor
Kami: mayoorrr, hehehheee, weee adek pinter yaa...
Dokter: *tersenyum kecil*, ya, jenisnya thalasemia mayor... pasien ini pintar, sangat pintar malah, bahkan untuk seorang pasien thalasemia...


===========================================


mendengar perkataan sang dokter, sumpah, saya serasa hendak menitikan air mata. seorang pasien thalasemia yang begitu kuat. tidak terlihat seperti orang sakit. bagi yang belum tau thalasemia, mungkin sedikit saya jabarkan tentang penyakit  ini. penyakit thalasemia adalah penyakit autosomal resesif yang disebabkan oleh tidak terbentuk atau kurangnya sintesis rantai globin pada sel darah merah. pada pasien ini, jenis thalasemianya adalah thalasemia beta mayor, berarti terjadi defisiensi pembentukan rantai globin beta dalam darahnya, menyebabkan peningkatan pembentukan rantai globin alfa. rantai globin alfa tersebut dapat membetuk kompleks HbF yang kemudian bila menempel di membran sel darah merah dapat menyebabkan destruksi sel darah merah. itulah mengapa jenis anemia pada pasien thalasemia adalah anemia hemolitik. pasien thalasemia mayor membutuhkan transfusi darah rutin karena anemia berat. memang transfusi darah bisa menjadi solusi, tapi hal tersebut juga dapat menimbulkan masalah, yaitu penumpukan besi dalam tubuh. penumpukan besi dalam tubuh ini  bisa diatasi dengan terapi khelasi besi, tapi seiring dengan bertambahnya umur pasien, terapi khelasi seringkali tidak bisa lagi meng-cover kelebihan besi pada tubuh pasien, sehingga bisa menuntun pasien pada kondisi gagal jantung. dari literatur yang saya baca, biasanya pasien thalasemia mayor meninggal pada usia anak-anak bila tidak mendapat perlakuan medis. sedangkan, pada pasien yang mendapat perlakuan medis, biasanya meninggal pada dekade kedua atau ketiga dalam kehidupannya. 

kembali lagi ke cerita saya tadi...
Ikhsan, seorang anak laki-laki yang cerdas dan kuat. semangat hidupnya tinggi. saya pun yakin dia memiliki cita-cita yang tinggi. saya sangat tersentuh melihatnya. mungkin dari segala pengetahuannya tentang thalasemia, ada yang belum dia ketahui, bahwasanya thalasemia itu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. mungkin hal ini adalah hal yang sangat amat menyakitkan bila diketahui olehnya. saya melihat kehidupan di bola matanya, saya melihat cita-cita, saya melihat keceriaan, dan saya melihat harapannya yang sungguh besar untuk dapat sembuh dari penyakit ini.

pengalaman ini menuntun saya untuk mengambil hikmah dari seorang anak yang bernama Ikhsan. betapa kita harus mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita. nikmat sehat. nikmat dapat mengenyam pendidikan dengan nyaman. nikmat bisa mengetahui bahwa kita masih memiliki harapan hidup yang besar untuk meraih cita-cita setinggi mungkin...

Ikhsan, seorang anak laki-laki yang menyentuh hatiku dengan semangat dan harapannya...

4 comments:



guitar-prince said...

likes this..

Nurul Azizah Achmad said...

saya suka ini Des...

kemaren pun kami dapet Ican/Ikhsan,,,
bukannya kami anamnesis, malah kami ajak ngobrol dia,,,
adiknya pinter bgt Des,,, tau semua ttg Thallasemia,,,kita2 aja kalah, hehehe

desi oktariana said...

@opit
thank you... :)

@Uyung
iyaa yung, adek itu pinter banget, semoga Allah memberi ketabahan kepada dia dan keluarganya...
Nice inspiring boy...

yakuzas said...

really like this.kemenakanq jg thalasemia..dy sgt tabah,

Post a Comment