sang peri kecil dan dunianya

hai, apa kabar dunia?
mungkin peri kecil terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sehingga melupakan dunia nyata yang ada di sekelilingnya. dunia yang dulu pernah digelutinya, sekonyong-konyong terkubur bersama semua mimpi-mimpi besarnya. bukankah tragis, jika itu hanya berakhir sebagai mimpi? bukankah tragis, jika idelisme hanya sekedar pemikiran, tanpa disertai suatu aksi?

dulu, ya dulu sekali, mimpi-mimpi itu, ide-ide itu, harapan-harapan itu, rasanya tinggal sejengkal lagi untuk mewujudkan tanah impian. bukan suatu tanah yang baru, tapi tanah disekelilingnya, yang ingin diubahnya menjadi hutan rimbun nan elok lagi memberi napas bagi kehidupan. tapi sekali lagi, bukankah tragis, jika itu hanya berakhir menjadi sebuah keinginan?

sang peri kecil terlihat begitu antusias dengan visi untuk mengubah dunia "versinya", tapi ketika dia diharuskan memasuki dunia barunya sebagai syarat untuk bermetamorfosis menjadi peri besar, dia seakan tenggelam dalam dunia itu, dunia dimana setiap yang bersayap dilarang untuk terbang. dia pun tenggelam dalam kesibukan menempuh perjalanan berjalan kaki, tanpa sayap, tanpa teman, tanpa bintang sebagai penunjuk arah. dan semua mimpi-mimpinya perlahan memudar, tergantikan oleh ambisi barunya, yang hanya sekedar ingin melewati tahap metamorfosis menjadi peri besar. dan dia melupakan peri-peri kecil lainnya yang dahulu diajaknya terbang bersama, yang dahulu ia sisipi mimpi dan persepsi akan suatu pencapaian. namun sekarang, apakah hal tersebut bisa disebut sebagai pencapaian bila hanya berakhir pada dirinya?

ah betapa malunya, betapa terpuruknya...

1 comments:



Anonymous said...

Namun si peri sudah mempunyai tujuan walau berakhir dengan keinginan, paling tidak dia masih punya harapan untuk mewujudkan keinginan itu.

Post a Comment