Namanya Ikhsan...

Hari ini adalah jadwal skill lab anamnesis dan pemeriksaan fisik kelainan hematologi bagi para mahasiswa blok 14. saya mengawali hari ini dengan sangat tidak menyenangkan. mengapa? karena saya terlambat 10 menit dari jadwal yang ditetapkan. tapi saya masih beruntung karena dosennya tidak ganas seperti dosen-dosen blok 14 yang lainnya sehingga meskipun saya terlambat, saya masih diizinkan masuk. setelah duduk, saya agak terkejut karena ternyata pengantar skill lab kelas reguler dan non-reguler digabung, sehingga ruangan sangat sesak dan bising. sang dosen pun memposisikan diri di tengah kelas dengan amplitudo mikrofon yang kecil dan sangat tidak jelas sehingga banyak mahasiswa yang tidak terlalu dapat menangkap apa yang dibicarakan oleh dosen tersebut. oke, what a bad day. setelah kuliah pengantar skill lab berakhir, akhirnya tibalah saat pengelompokkan untuk pembagian skill lab yang sesungguhnya. semua kelompok dibagi menurut nomor absen, kecuali beberapa orang yang disisihkan di kelompok terakhir. dan saya termasuk orang kurang beruntung yang disisihkan di kelompok tersebut. 

dari 116 mahasiswa kelas reguler, hanya dibagi menjadi 5 kelompok. berarti asumsinya 1 kelompok itu terdiri dari sekitar 20-an orang. just imagine, 20-an orang dijejalkan dalam ruang tutorial yang kapasitasnya hanya untuk 10 orang! what a crowded situation! bahkan AC pun terasa tak dingin lagi ketika kami masuk dalam ruangan tutorial tersebut. setelah semua anggota kelompok kami duduk, sang probandus (contoh pasien) pun masuk. tapi yang jadi masalah sekarang, dimanakah sang dokter??? setelah beberapa lama menunggu akhirnya sang dokter masuk. penjelasan dimulai dari anamnesis. oh iyaa, saya lupa memperkenalkan sang probandus. probandusnya adalah seorang anak pengidap thalasemia yang berusia 2 tahun, dia didampingi oleh kedua orang tuanya. setelah penjelasan tentang anamnesis, sang dokter pun mulai merambah ke penjelasan tentang pemeriksaan fisik. disaat kami hendak melakukan interview terhadap orang tua pasien, tiba-tiba sang anak rewel dan nangis-nangis, orang tuanya minta pulang karena susunya ketinggalan di kamar rumah sakit. dan akhirnyaaaaaaaaaa, kami pun dialihkan ke kelompok lain. kembali bayangkan, 1 ruang tutorial yang kapasitasnya hanya untuk sekitar 10 orang, dijejalkan untuk 20 orang, dan ditambah 20 orang lagi. wow, sebuah rekor!!! tapi tak apalah, menuntut ilmu memang butuh pengorbanan...

di kelompok ini, saya bertemu dengan seorang bocah laki-laki bernama Ikhsan. dialah sang probandus. dari fisiknya, saya sudah bisa menebak bahwa dia seorang pasien Thalasemia (dilihat dari wide epicanthus yang ada di wajahnya). lalu, dimulai lah percakapan kami dengan si pasien:

Saya: adek sakit apa?
Ikhsan: thalasemia
Saya: umurnya berapa dek?
Ikhsan: 14 tahun
Saya: wah, udah sekolah dong, kelas berapa dek?
Ikhsan: kelas 2 SMP
Teman saya: sudah sejak kapan kena thalasemia?
Ikhsan: dari umur 11 bulan
Saya: udah sering transfusi?
Ikhsan: setiap 3 minggu sekali, setiap transfusi bisa sampai 2 kantong
Teman: di keluarganya ada yang thalasemia juga ga dek?
Ikhsan: ada, adek saya, dia juga thalasemia
Teman saya: awalnya gimana dek orangtua adek bisa tau kalo adek thalasemia?
Ikhsan: waktu itu saya panas tinggi dan ga turun-turun panasnya, terus pas di bawa ke rumah sakit, ga taunya kena thalasemia

di sela-sela obrolan kami, sang dokter pun menyela, kata beliau, "seharusnya kalian itu menganamnesis pasien ini seolah-olah kalian belum tau penyakitnya apa, tapiii karena si pasien ini pintar, makanya dia mengarahkan kalian langsung pada diagnosis kasus. bukannya memancing pasien, kalian malah yang terpancing oleh pasien ini"... kami tertawa ricuh mendengar pendapat sang dokter. tak berapa lama kemudian, sang dokter pun keluar ruangan. obrolan dengan Ikhsan pun kami lanjutkan.

Teman saya: kayaknya adek ini udah pernah spleenectomy deh... *spleenectomy=pemotongan limpa untuk mengurangi perombakan sel darah merah pada pasien thalasemia, biasanya dilakukan karena sudah terjadi pembesaran limpa yang sangat parah*
Ikhsan: iyaa, kemaren limpa saya dibuang 2 kg
Kami: wuaaahh, pinter banget adek ini, ngerti apa yang kami omongin, ckckckckkckkk...
Kami: selain transfusi, adek makan obat lain ga?
Ikhsan: iya, 11obat sekali makan
Kami: adek tau ga obatnya apa aja?
Ikhsan: vitamin C 6 butir, vitamin E 5 butir, dan askardia
Kami: *bisik-bisik*, wah, askardia itu apa yaa, baru denger, eh tanyain aja sama adek ini, kayaknya dia pinter banget. eh dek, askardia itu fungsinya untuk apa yaa?
Ikhsan: oh, itu obat pengencer darah kak
Kami: *weee, pinter banget nih adek*, makan obat untuk mencegah penumpukan zat besi ga dek?
Ikhsan: iyaa, makan deferasiroks
Kami: adek ada pantangan ga dalam makan?
Ikhsan: iya, ga boleh makan kangkung, katu, genjer, daun ubi
Kami: wah kenapa tuh dek?
Ikhsan: ya karena mengandung zat besi lah, *pada pasien thalasemia, konsumsi zat besi berlebihan dapat memperparah peningkatkan jumlah besi dalam darah (akibat transfusi)*
Kami: hehhehee *sebenarnya malu karena menanyakan pertanyaan sebodoh itu ke anak kecil sepintar Ikhsan*

sang dokter pun masuk, memberi susu kotak dan permen kepada Ikhsan...


Dokter: dibuka susunya dek... oh iya, ga puasa kan?
Ikhsan: puasa dok
Dokter: *sambil memandang kami*, ayahnya bilang, dia ini puasa karena dia yakin bahwa dengan puasa penyakitnya ini bisa sembuh... oh iya, jenis thalasemia pada pasien ini apa?
Ikhsan: *belum sempat kami menjawab*, Mayor
Kami: mayoorrr, hehehheee, weee adek pinter yaa...
Dokter: *tersenyum kecil*, ya, jenisnya thalasemia mayor... pasien ini pintar, sangat pintar malah, bahkan untuk seorang pasien thalasemia...


===========================================


mendengar perkataan sang dokter, sumpah, saya serasa hendak menitikan air mata. seorang pasien thalasemia yang begitu kuat. tidak terlihat seperti orang sakit. bagi yang belum tau thalasemia, mungkin sedikit saya jabarkan tentang penyakit  ini. penyakit thalasemia adalah penyakit autosomal resesif yang disebabkan oleh tidak terbentuk atau kurangnya sintesis rantai globin pada sel darah merah. pada pasien ini, jenis thalasemianya adalah thalasemia beta mayor, berarti terjadi defisiensi pembentukan rantai globin beta dalam darahnya, menyebabkan peningkatan pembentukan rantai globin alfa. rantai globin alfa tersebut dapat membetuk kompleks HbF yang kemudian bila menempel di membran sel darah merah dapat menyebabkan destruksi sel darah merah. itulah mengapa jenis anemia pada pasien thalasemia adalah anemia hemolitik. pasien thalasemia mayor membutuhkan transfusi darah rutin karena anemia berat. memang transfusi darah bisa menjadi solusi, tapi hal tersebut juga dapat menimbulkan masalah, yaitu penumpukan besi dalam tubuh. penumpukan besi dalam tubuh ini  bisa diatasi dengan terapi khelasi besi, tapi seiring dengan bertambahnya umur pasien, terapi khelasi seringkali tidak bisa lagi meng-cover kelebihan besi pada tubuh pasien, sehingga bisa menuntun pasien pada kondisi gagal jantung. dari literatur yang saya baca, biasanya pasien thalasemia mayor meninggal pada usia anak-anak bila tidak mendapat perlakuan medis. sedangkan, pada pasien yang mendapat perlakuan medis, biasanya meninggal pada dekade kedua atau ketiga dalam kehidupannya. 

kembali lagi ke cerita saya tadi...
Ikhsan, seorang anak laki-laki yang cerdas dan kuat. semangat hidupnya tinggi. saya pun yakin dia memiliki cita-cita yang tinggi. saya sangat tersentuh melihatnya. mungkin dari segala pengetahuannya tentang thalasemia, ada yang belum dia ketahui, bahwasanya thalasemia itu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. mungkin hal ini adalah hal yang sangat amat menyakitkan bila diketahui olehnya. saya melihat kehidupan di bola matanya, saya melihat cita-cita, saya melihat keceriaan, dan saya melihat harapannya yang sungguh besar untuk dapat sembuh dari penyakit ini.

pengalaman ini menuntun saya untuk mengambil hikmah dari seorang anak yang bernama Ikhsan. betapa kita harus mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita. nikmat sehat. nikmat dapat mengenyam pendidikan dengan nyaman. nikmat bisa mengetahui bahwa kita masih memiliki harapan hidup yang besar untuk meraih cita-cita setinggi mungkin...

Ikhsan, seorang anak laki-laki yang menyentuh hatiku dengan semangat dan harapannya...

ku ingin memilih mundur

PENSIUN

mungkin itu kata yang terus terngiang dalam otak saya hingga detik ini. tapi jangan salah paham dulu yaa. bukan pensiun dari kuliah atau apa. tapi pensiun dalam berorganisasi. sudah 2 tahun saya menjalani hidup penuh dengan organisasi. pahit, asam, manis, ketir, sudah saya rasakan semua. banyak hal yang telah dikorbankan, waktu, harta, pikiran, hati, dan kuliah. hari-hari dijalani dengan penuh energi, totalitas, semangat, dan produktivitas. entah sudah berapa kegiatan yang saya ikuti, puluhan atau mungkin ratusan.

sebenarnya, satu tahun yang lalu, sempat terbesit rasa ingin menjadi mahasiswa yang "biasa" dalam benak saya. azzam itu saya rasakan sudah cukup kuat. tapi toh dalam praktiknya, saya tidak bisa mempertahankan azzam tersebut. saya juga seringkali sebal dengan sikap saya yang tidak bisa mengatakan TIDAK. satu tahun yang lalu, tawaran demi tawaran dalam berorganisasi telah saya terima. mulai dari kepala departemen di BEM, BO, ataupun organisasi lainnya. saya pun meng-iya-kan tawaran-tawaran tersebut dengan segala konsekuensinya. seringkali bisikan-bisikan kecil hati saya muncul ketika rasa lelah muncul karena aktivitas yang terlalu banyak. "ah, kenapa sih kamu terima?", "apa sih susahnya nolak tawaran", "dasar sok bisa, emang semua bisa kamu kerjain, liat akibatnya sekarang!". ya, bisikan-bisikan itu selalu muncul, apalagi saat nilai jatuh, kambing hitamnya pasti karena kesibukan di organisasi-organisasi. sempat juga terbesit dalam hati saya untuk mundur dalam masa jabatan saya itu, tapi keinginan itu tidak terwujud karena tidak disetujui oleh sang pemimpin. mungkin saat itu, kesadaran saya akan tujuan organisasi itu masih sangat minim. yang tercetak dalam frame pikiran saya hanya menjalankan PROKER, bukan tujuan yang hendak dicapai dari proker-proker tersebut. jelas saja capek, bila kau berjalan tanpa tujuan, yang kau rasa pasti hanyalah rasa lelah. tapi, bila kau berjalan dengan tujuan yang pasti, tentu kau tau apa yang hendak kau capai dan bersemangat dalam mencapainya.

saat masa-masa sibuk itu, kembali saya berkeinginan untuk menjadi mahasiswa "biasa". pokoknya tahun ketiga sudah harus mundur dari semua organisasi, harus fokus belajar, lebih banyak di rumah, latihan jadi ibu rumah tangga, ngambil les bahasa asing, bla bla bla. tapi ternyata ada-ada saja yang membuat saya kembali ragu. sekitar awal tahun 2010, saya memenangkan sebuah lomba ilmiah tingkat nasional. disana, saya sangat terkagum-kagum dengan beberapa universitas yang semangat keilmiahannya memang tinggi. contohnya, Univ Brawijaya, Unair, UNS, dll. mahasiswa disana punya kesadaran, motivasi dirinya tinggi. saya sangat iri dengan lingkungan keilmiahan disana. beda jauh dengan FK Unsri. dari sanalah kemudian saya punya tekad untuk memajukan kehidupan ilmiah di FK Unsri. proker saya di beberapa organisasi, saya tujukan untuk memicu semangat keilmiahan di FK Unsri. memicu mahasiswanya supaya kreatif dan memiliki motivasi untuk MAJU. bukan hanya sekedar belajar atau organisasi. saya ingin membuktikan di tingkat nasional bahwa FK Unsri BISA. sekarang usaha itu sudah setengah perjalanan. tapiiii, saya kembali dihadapkan pada problem bahwa saya sudah menjadi mahasiswa tahun ketiga. bulan oktober mendatang merupakan bulan transisi kepengurusan hampir semua organisasi. 

mungkin inilah kesempatan saya untuk mundur, mundur dari segala kesibukan organisasi, merasakan enaknya menjadi mahasiswa "biasa". tapi bagaimana mimpi saya itu??? akankah saya biarkan kehidupan ilmiah disini kembali melemah? ah, tapi itukan bisa dipegang oleh orang lain nantinya? tapi, apakah orang lain itu bisa? pikiran-pikiran itu kembali berkecamuk dalam diri saya. belum lagi ditambah desakan-desakan dari beberapa "oknum" yang menyuruh saya menjadi ketua di salah satu organisasi ilmiah.

aarrrgghh tidaaakkk!!! situasi ini bagaikan mimpi buruk bagi saya.
saya tidak ingin menyesal dengan keputusan saya nantinya.
saya ingin mundur, tapi saya juga tidak ingin kehidupan ilmiah di FK Unsri melemah atau bahkan mati...


ku ingin memilih mundur, tapi...




Because you touch me different

siang itu, hari terasa sangat terik...
panas matahari membuncah ditambah suasana kelas yang hiruk pikuk, menghasilkan suatu kondisi yang "sangat sempurna" untuk lelap tertidur dan tidak konsen dengan pelajaran...

sang guru mulai memasuki ruangan yang cukup besar nan panas bernama "SKORA". terlihat aura sang guru memancar kuat disertai tatapan mata yang tajam. cukup tajam sehingga mampu membuat mahasiswa yang tadinya ribut tidak karuan menjadi diam membisu. dr. Liniyanti D. Oswari namanya. dosen yang cukup disegani oleh kebanyakan mahasiswa FK Unsri. mata kuliah yang akan disampaikan hari ini adalah berkenaan dengan sintesis heme, degradasi hemoglobin, dan sebagainya. di awal-awal, kuliah terlihat begitu menarik, penyampaian dosen yang sangat antusias semakin menambah ketertarikan kami. tapiiii, lama kelamaan, kondisi lingungkan yang tidak mendukung akhirnya mampu membuyar konsentrasi kami, mengarahkan pikiran kami ke alam setengah sadar hingga banyak mahasiswa yang mengantuk bahkan ada yang tertidur. aku salah satu mahasiswa yang mengantuk (hehe).

melihat kondisi mahasiswa yang sudah banyak tidak konsen itu, dr. Lin pun mengalihkan topik pelajaran ke sebuah cerita ringan tentang pengalamannya selama melanjutkan studi di Amerika. kata beliau, di Amerika, beliau pernah menjumpai sebuah robot yang sering dipakai oleh mahasiswa kedokteran disana untuk praktik. kemudian, beliau menyentuh robot tersebut seperti hendak memeriksa seorang pasien. dan berikut adalah percakapan singkat antara dokter Lin dan sang robot:

Robot : Are you a doctor?
dr. Lin: how do you know that I am a doctor?
Robot : because you touch me different from students.

===========================================

mmm, cerita yang singkat itu sempat membuat beberapa mahasiswa tersentak kaget, beberapa bertepuk tangan, beberapa terbangun dari rasa kantuknya (termasuk aku, hehe).
ya, cerita yang singkat namun mendalam.

bahkan robot pun tau bagaimana harus diperlakukan oleh seorang dokter, apalagi manusia sungguhan... 

semoga kita dapat menjadi seorang dokter yang benar-benar mengabdi pada masyarakat, memberikan pelayanan yang terbaik demi perikemanusiaan...

aamiin allahumma aamiin.

Shalat Tarawih

Ramadhan tentunya sangat identik dengan shalat tarawih. Nah, sudah seberapa tahukah anda tentang shalat tarawih??? agar ibadah kita lebih afdol, ada baiknya kita mempelajari dahulu mengenai shalat tarawih serta seluk beluknya menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah...

Here is it...

==========================================



Penulis: Al-Ustadz Hariyadi, Lc

Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang berarti waktu sesaat untuk istirahat. (Lisanul ‘Arab, 2/462 dan Fathul Bari, 4/294)

Dan تَرْوِيْحَةٌ pada bulan Ramadhan dinamakan demikian karena para jamaah beristirahat setelah melaksanakan shalat tiap-tiap 4 rakaat. (Lisanul ‘Arab, 2/462)

Shalat yang dilaksanakan secara berjamaah pada malam-malam bulan Ramadhan dinamakan tarawih. (Syarh Shahih Muslim, 6/39 dan Fathul Bari, 4/294). Karena para jamaah yang pertama kali bekumpul untuk shalat tarawih beristirahat setelah dua kali salam (yaitu setelah melaksanakan 2 rakaat ditutup dengan salam kemudian mengerjakan 2 rakaat lagi lalu ditutup dengan salam). (Lisanul ‘Arab, 2/462 dan Fathul Bari, 4/294)

Hukum Shalat Tarawih

Hukum shalat tarawih adalah mustahab (sunnah), sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

مَنْ قَامَ رَمَصَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharap balasan dari Allah ta’ala, niscaya diampuni dosa yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaih)

“Yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan adalah shalat tarawih dan ulama telah bersepakat bahwa shalat tarawih hukumnya mustahab (sunnah).” (Syarh Shahih Muslim, 6/282). Dan beliau menyatakan pula tentang kesepakatan para ulama tentang sunnahnya hukum shalat tarawih ini dalam Syarh Shahih Muslim (5/140) dan Al-Majmu’ (3/526).

Ketika Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menafsirkan qiyamu Ramadhan dengan shalat tarawih maka Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah memperjelas kembali tentang hal tersebut: “Maksudnya bahwa qiyamu Ramadhan dapat diperoleh dengan melaksanakan shalat tarawih dan bukanlah yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan hanya diperoleh dengan melaksanakan shalat tarawih saja (dan meniadakan amalan lainnya).” (Fathul Bari, 4/295)

Mana yang lebih utama dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau sendiri-sendiri di rumah?

Dalam masalah ini terdapat dua pendapat:

Pendapat pertama, yang utama adalah dilaksanakan secara berjamaah.

Ini adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i dan sebagian besar sahabatnya, juga pendapat Abu Hanifah dan Al-Imam Ahmad (Masaailul Imami Ahmad, hal. 90) dan disebutkan pula oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (2/605) dan Al-Mirdawi dalam Al-Inshaf (2/181) serta sebagian pengikut Al-Imam Malik dan lainnya, sebagaimana yang telah disebutkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim (6/282).

Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama (Al-Fath, 4/297) dan pendapat ini pula yang dipegang Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, beliau berkata: “Disyariatkan shalat berjamaah pada qiyam bulan Ramadhan, bahkan dia (shalat tarawih dengan berjamaah) lebih utama daripada (dilaksanakan) sendirian…” (Qiyamu Ramadhan, hal.19-20).

Pendapat kedua, yang utama adalah dilaksanakan sendiri-sendiri.

Pendapat kedua ini adalah pendapat Al-Imam Malik dan Abu Yusuf serta sebagian pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i. Hal ini sebutkan pula oleh Al-Imam An-Nawawi (Syarh Shahih Muslim, 6/282).

Adapun dasar masing-masing pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

Dasar pendapat pertama:

1. Hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ، ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِِ أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ: قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ، وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الْخُرُوْجِ إِلَيْكُمْ إِلاَّ أَنِّي خَشِيْتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ. وَذَلِكَ فِيْ رَمَضَانَ

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam shalat di masjid lalu para shahabat mengikuti shalat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) beliau shalat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih)

• Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini terkandung bolehnya shalat nafilah (sunnah) secara berjamaah akan tetapi yang utama adalah shalat sendiri-sendiri kecuali pada shalat-shalat sunnah yang khusus seperti shalat ‘Ied dan shalat gerhana serta shalat istisqa’, dan demikian pula shalat tarawih menurut jumhur ulama.” (Syarh Shahih Muslim, 6/284 dan lihat pula Al-Majmu’, 3/499;528)

• Tidak adanya pengingkaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para shahabat yang shalat bersamanya (secara berjamaah) pada beberapa malam bulan Ramadhan. (Al-Fath, 4/297 dan Al-Iqtidha’, 1/592)

2. Hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

“Sesungguhnya seseorang apabila shalat bersama imam sampai selesai maka terhitung baginya (makmum) qiyam satu malam penuh.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah)

Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Dawud (1/380). Berkenaan dengan hadits di atas, Al-Imam Ibnu Qudamah mengatakan: “Dan hadits ini adalah khusus pada qiyamu Ramadhan (tarawih).” (Al-Mughni, 2/606)

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Apabila permasalahan seputar antara shalat (tarawih) yang dilaksanakan pada permulaan malam secara berjamaah dengan shalat (yang dilaksanakan) pada akhir malam secara sendiri-sendiri maka shalat (tarawih) dengan berjamaah lebih utama karena terhitung baginya qiyamul lail yang sempurna.” (Qiyamu Ramadhan, hal. 26)

3. Perbuatan ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu dan para shahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum ‘ajma’in (Syarh Shahih Muslim, 6/282), ketika ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu melihat manusia shalat di masjid pada malam bulan Ramadhan, maka sebagian mereka ada yang shalat sendirian dan ada pula yang shalat secara berjamaah kemudian beliau mengumpulkan manusia dalam satu jamaah dan dipilihlah Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu sebagai imam (lihat Shahih Al-Bukhari pada kitab Shalat Tarawih).

4. Karena shalat tarawih termasuk dari syi’ar Islam yang tampak maka serupa dengan shalat ‘Ied. (Syarh Shahih Muslim, 6/282)

5. Karena shalat berjamaah yang dipimpin seorang imam lebih bersemangat bagi keumuman orang-orang yang shalat. (Fathul Bari, 4/297)

Dalil pendapat kedua:

Hadits dari shahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia, shalatlah di rumah kalian! Sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang yang dikerjakan di rumahnya kecuali shalat yang diwajibkan.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dengan hadits inilah mereka mengambil dasar akan keutamaan shalat tarawih yang dilaksanakan di rumah dengan sendiri-sendiri dan tidak dikerjakan secara berjamaah. (Nashbur Rayah, 2/156 dan Syarh Shahih Muslim, 6/282)

Pendapat yang rajih (kuat) dalam masalah ini adalah pendapat pertama karena hujjah-hujjah yang telah tersebut di atas. Adapun jawaban pemegang pendapat pertama terhadap dasar yang digunakan oleh pemegang pendapat kedua adalah:

• Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para shahabat untuk mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan di rumah mereka (setelah para shahabat sempat beberapa malam mengikuti shalat malam secara berjamaah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), karena kekhawatiran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan diwajibkannya shalat malam secara berjamaah (Fathul Bari, 3/18) dan kalau tidak karena kekhawatiran ini niscaya beliau akan keluar menjumpai para shahabat (untuk shalat tarawih secara berjamaah) (Al-Iqtidha’, 1/594). Dan sebab ini (kekhawatiran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi wajib) sudah tidak ada dengan wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Al-‘Aun, 4/248 dan Al-Iqtidha’, 1/595), karena dengan wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak ada kewajiban yang baru dalam agama ini.

Dengan demikian maka pemegang pendapat pertama telah menjawab terhadap dalil yang digunakan pemegang pendapat kedua. Wallahu a’lam.

Waktu Shalat Tarawih

Waktu shalat tarawih adalah antara shalat ‘Isya hingga terbit fajar sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلاَةً وَهِيَ الْوِتْرُ فَصَلُّوْهَا فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Allah telah menambah shalat pada kalian dan dia adalah shalat witir. Maka lakukanlah shalat witir itu antara shalat ‘Isya hingga shalat fajar.” (HR. Ahmad, Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: “(Hadits) ini sanadnya shahih”, sebagaimana dalam Ash-Shahihah, 1/221 no.108)

Jumlah Rakaat dalam Shalat Tarawih

Kemudian untuk jumlah rakaat dalam shalat tarawih adalah 11 rakaat berdasarkan:

1. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan, beliau menjawab:

مَا كَانَ يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ وَلاَ فِيْ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

“Tidaklah (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) melebihkan (jumlah rakaat) pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada selain bulan Ramadhan dari 11 rakaat.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadits di atas mengisahkan tentang jumlah rakaat shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah beliau saksikan sendiri yaitu 11 rakaat, baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya. “Beliaulah yang paling mengetahui tentang keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari dari lainnya.” (Fathul Bari, 4/299)

Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: “(Jumlah) rakaat (shalat tarawih) adalah 11 rakaat, dan kami memilih tidak lebih dari (11 rakaat) karena mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melebihi 11 rakaat sampai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.” (Qiyamu Ramadhan, hal. 22)

2. Dari Saaib bin Yazid beliau berkata:

أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيْمًا الدَّارِيَّ أَنْ يَقُوْمَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

“’Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan pada Ubai bin Ka’b dan Tamim Ad-Dari untuk memimpin shalat berjamaah sebanyak 11 rakaat.” (HR. Al-Imam Malik, lihat Al-Muwaththa Ma’a Syarh Az-Zarqani, 1/361 no. 249)

Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata dalam Al-Irwa (2/192) tentang hadits ini: “(Hadits) ini isnadnya sangat shahih.” Asy-Syaikh Muhammad Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Dan (hadits) ini merupakan nash yang jelas dan perintah dari ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dan (perintah itu) sesuai dengannya radhiyallahu ‘anhu karena beliau termasuk manusia yang paling bersemangat dalam berpegang teguh dengan As Sunnah, apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melebihkan dari 11 rakaat maka sesungguhnya kami berkeyakinan bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu akan berpegang teguh dengan jumlah ini (yaitu 11 rakaat).” (Asy-Syarhul Mumti’)

Adapun pendapat yang menyatakan bahwa shalat tarawih itu jumlahnya 23 rakaat adalah pendapat yang lemah karena dasar yang digunakan oleh pemegang pendapat ini hadits-hadits yang lemah. Di antara hadits-hadits tersebut:

1. Dari Yazid bin Ruman beliau berkata:

كَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ فِيْ زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِيْ رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ رَكْعَةً

“Manusia menegakkan (shalat tarawih) di bulan Ramadhan pada masa ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu 23 rakaat.” (HR. Al-Imam Malik, lihat Al-Muwaththa Ma’a Syarh Az-Zarqaani, 1/362 no. 250)

Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah berkata: “Yazid bin Ruman tidak menemui masa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu“. (Nukilan dari kitab Nashbur Rayah, 2/154) (maka sanadnya munqothi/terputus, red).

Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah men-dha’if-kan hadits ini sebagaimana dalam Al-Irwa (2/192 no. 446).

2. Dari Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dari Hakam dari Miqsam dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّى فِيْ رَمَضَانَ عِشْرِيْنَ رَكَعَةَ وَالْوِتْرَ

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di bulan Ramadhan 20 rakaat dan witir.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath, 5/324 no. 5440 dan 1/243 no. 798, dan dalam Al-Mu’jamul Kabir, 11/311 no. 12102)

Al-Imam Ath-Thabrani rahimahullah berkata: “Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Hakam kecuali Abu Syaibah dan tidaklah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas kecuali dengan sanad ini saja.” (Al-Mu’jamul Ausath, 1/244)

Dalam kitab Nashbur Rayah (2/153) dijelaskan: “Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman adalah perawi yang lemah menurut kesepakatan, dan dia telah menyelisihi hadits yang shahih riwayat Abu Salamah, sesungguhnya beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan? (yaitu dalil pertama dari pendapat yang pertama).” Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini maudhu’ (palsu). (Adh-Dha’ifah, 2/35 no. 560 dan Al-Irwa, 2/191 no. 445)

Sebagai penutup kami mengingatkan tentang kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan shalat tarawih yaitu dengan membaca dzikir-dzikir atau doa-doa tertentu yang dibaca secara berjamaah pada tiap-tiap dua rakaat setelah salam. Amalan ini adalah amalan yang bid’ah (tidak diajarkan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Wallahu a’lam

(Sumber: http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=301)

Ramadhan oh Ramadhan...

Assalamu'alaikum waeohmatullah wabarokatuh...
sobat-sobat muslim yang saya cintai karena Allah...

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta...

ya, mungkin itu pepatah yang cocok untuk menyambut bulan Ramadhan nan penuh berkah ini.
banyak yang harus dipersiapkan untuk menyambut bulan suci ini, diantaranya persiapan iman, ilmu, dan amal. Nah, dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi kepada teman-teman sekalian sedikit ilmu tentang keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan. Semoga dapat menambah kecintaan teman-teman akan bulan Ramadhan...
________________________________________________


Buletin Jum’at Al-Atsariyyah

Romadhon sudah diambang pintu. Semua lapisan masyarakat muslim menyambut datangnya bulan penuh berkah ini dengan segala kegembiraan, dan suka cita. Wajah-wajah mereka ceria karena kerinduan yang mendalam ingin bertemu dengan “Bulan Romadhon” ; ingin mengisi hari-hari berkah ini dengan amal sholeh, baik itu berupa sholat tarawih, membaca Al-Qur’an, bershodaqoh, berdzikir, membantu kaum muslimin, memberi makan para fakir-miskin, menyiapkan buka puasa, dan sebagainya.

Para pembaca yang budiman, agar Romadhon semakin indah dan bernilai di sanubari kita, alangkah baiknya jika kita mengetahui dan mengkaji bersama diantara fadhilah dan keutamaan bulan suci nan berkah ‘Romadhon’. Keutamaan dan fadhilah Romadhon telah dibeberkan oleh Allah dan Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam Al-Qur’an dan Sunnah sebagai berikut:

* Bulan Al-Qur’an

Satu perkara yang sulit dilupakan oleh kaum muslimin bahwa Al-Qur’an turun di bulan Romadhon, tepatnya malam Lailatul Qodar. Allah menurunkan Al-Qur’an di bulan suci ini karena keutamaan yang tinggi baginya, dan hikmah. Allah -Ta’ala- berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Romadhon, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang haq dengan yang batil)”. (QS. : Al-Baqoroh: 185 )

Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah-
berkata, “Allah -Ta’ala- memuji Bulan Puasa (Romadhon) diantara bulan-bulan lainnya dengan memilih Romadhon diantara bulan-bulan itu untuk diturunkan Al-Qur’an yang agung (di dalamnya); sebagaimana halnya Dia mengkhususkan Romadhon dengan hal itu, maka sungguh ada sebuah hadits datang (menyebutkan) bahwa Romadhon adalah bulan yang diturunkan di dalamnya Kitab-Kitab Allah kepada para nabi “. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/292)]

Sebagai penguat bagi ucapan Ibnu Katsir -rahimahullah- , Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيْمَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ وَأُنْزِلَ الْإِنْجِيْلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ وَأُنْزِلَ الزَّبُوْرُ لِثَمَانِ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ

“Shuhuf Ibrahim diturunkan di malam pertama Romadhon; Taurat diturunkan pada 7 Ramadhan; Injil diturunkan pada 14 Ramadhan; Zabur diturunkan pada tanggal 19 Ramadhan; Al-Qur’an diturunkan pada 25 Ramadhan”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/107), Abdul Ghoniy Al-Maqdisiy dalam Fadho’il Romadhon (53/1), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq (2/167/1). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih As-Siroh (hal.90)]

Faedah : Hadits ini merupakan bantahan -dari segi sejarah- atas orang yang meyakini bahwa Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Romadhon !!! Adapun bid’ahnya Nuzulul Qur’an, maka akan datang pembahasannya, Insya Allah!

* Bulan Pengampunan Dosa

Setiap mukmin amat mengharapkan ampunan dosa dari Allah, karena ia tahu bahwa hisab di hari akhir amat dahsyat. Dengan kehadiran Romadhon, kesempatan besar untuk bertaubat, dan mendapatkan ampunan sangat lebar. Amat celakalah seorang yang memasuki Romadhon, tapi ia enggan bertaubat dan beramal sholeh yang akan menjadi sebab dosanya diampuni.

Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْتَقَى الْمِنْبَرَ فَقَالَ آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ فَقِيْلَ لَهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كُنْتَ تَصْنَعُ هَذَا فَقَالَ قَالَ لِيْ جِبْرَائِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَقُلْتُ آمِيْنَ

“Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- naik ke atas mimbar seraya bersabda, “Amiin…amiin…amiin”. Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, engkau tidak pernah melakukan seperti ini”. Belaiu menjawab, “Jibril -alaihis salam- berkata kepadaku, “Semoga kecelakaan bagi seorang hamba yang didatangi oleh bulan Romadhon, namun tidak diberi ampunan“, maka saya pun berkata, “Amiin”. [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya (3/192), Ahmad dalam Al-Musnad (2/246 & 254), dan Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (4/204). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Adab Al-Mufrod (646)]

Jadi, seorang yang mau diampuni dosanya, harus menutupi dosanya dengan amal sholeh di bulan suci ini, seperti membaca Al-Qur’an, mendengarkan ceramah, puasa, dan sholat tarawih; bukan berhura-hura, dan menghabiskan waktu dalam perkara sia-sia, apalagi haram, seperti bermain kartu di bulan Romadhon, ludo, ular tangga, berdusta, berbicara tabu, berzina, dan lainnya.

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Romadhon karena beriman dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu” . [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (1802), dan Muslim dalam Shohih-nya (175)

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbaliy-rahimahullah- berkata, "Jika bulan Romadhon telah sempurna, maka sungguh puasa, dan sholat malam telah lengkap bagi orang beriman. Maka terjadilah baginya pengampunan dosanya yang lampau dengan sempurnanya dua sebab tersebut, yaitu puasa, dan sholat malamnya". [Lihat Latho’if Al-Ma’arif (hal.232)]

* Bulan Pengabulan Do’a & Pembebasan dari Siksa Neraka

Seseorang terkadang susah menemukan kondisi yang mustajab sehingga doanya dikabulkan oleh Allah. Namun Allah sebagai Pemberi Nikmat bagi para hamba-Nya yang beriman telah menyiapkan waktu mustajab untuk berdo’a.

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيُسْتَجَابُ لَهُ

“Sesungguhnya Allah pada setiap hari dan malam di bulan Romadhon memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka; sesungguhnya setiap muslim memiliki do’a yang ia berdo’a dengannya,lantaran itu do’anya dikabulkan”. [HR. Al-Bazzar dalam Al-Musnad (3142), dan Ahmad dalam Al-Musnad (2/254). Syaikh Ali bin Hasan Al-Atsariy men-shohih-kan hadits ini dalam Shifah Ash-Shoum (hal.24)]

Wahai Pembaca Budiman, manfaatkanlah kesempatan ini dalam memperbanyak do’a, mengadu, dan bermunajat kepada Allah Robbul Alamin di sepanjang bulan Romadhon. Semoga setitik air mata penyesalan, dan takut akan menyelamatkan dirimu dari siksa neraka sebagaimana yang dijanjikan oleh Nabimu -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits ini.

* Setan-setan dan Jin Durhaka Dikerangkeng; Pintu Surga Dibuka, dan Pintu Neraka Ditutup

Saking mulia dan sucinya bulan Romadhon, Allah mengikat para setan, dan jin yang durhaka; pintu-pintu surga dibuka, dan neraka ditutup.

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Jika malam pertama Romadhon datang, maka setan-setan, dan jin-jin durhaka dibelenggu; pintu-pintu neraka ditutup. Maka tak ada satu pintu(nya) pun yang terbuka; pintu-pintu surga dibuka. Maka tak ada suatu pintu pun yang ditutup; Seorang pemanggil memanggil,”Wahai pencari kebaikan, menghadaplah; wahai pencari kejelekan, berhentilah“. Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan dari neraka. Demikian itu pada setiap malam”. [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (682), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1642). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1960) ]

Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr Al-Andalusiy-rahimahullah- berkata dalam At-Tamhid (7/310), “Makna hadits ini menurut saya –Cuma Allah yang lebih tahu-: Allah melindungi di dalamnya kaum muslimin, atau dominannya dari maksiat-maksiat. Jadi, setan tidak akan bebas datang kepada mereka sebagaimana mereka bebas datang di sepanjang tahun”.

Ingat !! Namun kalian jangan menyangka bahwa setan ketika itu tak akan menggoda dirimu. Ketahuilah, ia akan tetap menggodamu, walaupun tidak segencar di bulan lain. Isilah hari-harimu dengan ketaatan, jangan mendekati jalan-jalan kemaksiatan sehingga engkau akan selamat darinya. Didiklah dirimu di bulan ini menjadi hamba yang taat, bukan hamba yang durhaka. Jika tidak, maka engkau akan menjadi bahan bakar Jahannam. Na’udzu billah minannar.

* Di dalam Romadhon Terdapat Lailatul Qodar

Diantara keistimewaan umat Islam dibandingkan umat-umat terdahulu, “sedikit amal, banyak pahala”. Dahulu mereka melaksanakan sholat dan puasa dengan aturan yang berat, tapi pahala sedikit. Adapun umat Islam, diberikan fasilitas waktu, dan tempat untuk melipatgandakan amalan ringan, seperti dalam surat ini:

Allah -Ta’ala- berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qodar). Dan tahukan kamu apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dibandingkan seribu bulan. Pada malam itu, para malaikat, dan Jibril turun dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qodr: 1-5)

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لِلَّهِ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Allah memiliki di bulan Romadhon suatu malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Barang siapa yang dihalangi (dari kebaikannya), maka ia akan dihalangi (dari kebaikan)”. [HR. An-Nasa’iy dalam Al-Mujtaba (2106), dan Ahmad dalam Al-Musnad (7148). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (999)]

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang bangun (sholat malam) karena beriman dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu” . [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (1802), dan Muslim dalam Shohih-nya (175)]

* Umrah Romadhon Menyamai Haji bersama Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

Keutamaan umrah seperti ini banyak dilalaikan dan tidak diketahui oleh mayoritas kaum muslimin. Padahal Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِيْ رَمَضَانَ تَقْضِيْ حَجَّةً مَعِيْ

“Sesungguhnya umroh di bulan Romadhon menyamai haji bersamaku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (1764), Muslim dalam Shohih-nya (1256) Abu Dawud dalam As-Sunan (1988) At-Tirmidziy dalam As-Sunan (939), Ibnu Majah dalam As-Sunan (2991). Lihat Shohih Al-Jami’ (7547) karya Al-Albaniy]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy-rahimahullah- berkata,“Ibnul Arabiy berkata, “Hadits tentang umrah ini adalah hadits shohih. Itu merupakan keutamaan dan nikmat dari Allah. Umrah dapat mencapai derajat haji karena bersatunya Romadhon dengan umrah”. Ibnul Jauziy berkata, “Dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa pahala amal bertambah karena kelebihan mulianya waktu sebagaimana ia bertambah dengan kehadiran hati (khusyu’), dan kesucian niat”. [Lihat Fathul Bari (3/604)]


Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 32 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)


Sumber : http://almakassari.com/

Mukjizat Al-Qur'an Terungkap: Ada Kobaran Api di Dasar Laut

Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.

Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).

Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."

Ulasan Hadits Nabi

Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang  dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang  di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:

"Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang  di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang  bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang  rusak salah satunya?
...tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat...
Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).

Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.

Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.

Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.

Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.

Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
...meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera....
Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.

Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.

Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
...terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi...
Kemudian terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di permukaan bumi.

Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.

Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)

Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Sumber:
  1. Pembuktian Sains dalam Sunnah buku 1, karya Dr. Zaghlul An-Najjar.
  2. Video http://www.facebook.com/home.php?#!/video/video.php?v=370011087607&ref=mf

Keajaiban Al-Qur'an: Sungai di dalam Laut

Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut 

Mudah-mudahan fenomena alam ini makin menambah keimanan kita, dan menjadikan kita terus bersyukur kepada Allah yang telah memberi jalan kepada kita untuk belajar dan mengamalkan ayat-ayatNYA.



“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53) 

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia. 

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi 
keduanya.  



Fenomena ganjil itu memusingkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. 

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara. 

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannyamutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam. 




Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut

 


“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53) 






Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”  




Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico . Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.  




Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah SWT.

-dari berbagai sumber-

Keajaiban Di Balik Perintah Shalat Subuh

Kenapa Harus Bangun pagi buta untuk Sholat Subuh?? Bagi seorang muslim mungkin pertanyaan ini dengan mudah dijawab ; karena sholat subuh adalah bagian dari ibadah wajib yang harus dikerjakan sebagai bukti ketaatan pada Tuhannya. Tapi kenapa ya harus pagi buta gitu sholatnya?? lagi enak-enak tidur kok disuruh sholat.???

Pertanyaan-pertanyaan ini untuk sebagian orang mungkin dianggap bodoh dan bisa dianggap nyeleneh. Tapi untuk orang-orang yang berfikir ilmiah pertanyaan tersebut adalah stimulasi ide besar untuk pembuktian. Kenapa harus dibuktikan?? Yang jelas tidak ada satu halpun yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan kepada umatnya tanpa kebermanfaatan.

Jika kita amati, ada satu hal yang berbeda dari ritual sholat subuh dibandingkan sholat lima waktu lainnya. Kalimat yang terdengar dari suara adzan sedikit berbeda dengan adzan pada sholat yang lain. Kalimat “ash shalatu khairun minan naum”, menjadi titik perbedaannya. Arti kalimat itu adalah shalat itu lebih baik dari pada tidur. Kenapa kalimat itu hanya muncul pada adzan subuh dan tidak pada adzan lainnya ?

Memang ada banyak hikmah yang bisa diambil dari ritual di pagi buta ini. Dari peluang rezeki yang besar karena sudah mulai sejak subuh sampai manfaat terhindar dari kemacetan terutama di kota metropolitan seperti Jakarta. Ternyata bukan itu saja arti kebermanfaatan yang Allah berikan. Sholat subuh juga mempunyai manfaat mengurangi kecenderungan terjadinya gangguan kardiovaskular.

Di dalam tubuh manusia ada kekuatan yang terus bekerja tanpa kita komando. Apakah kita sedang tersadar atau tidur. Kekuatan yang mengatur gerak usus kita sehingga bisa dikeluarkan menjadi feses setelah menyerap zat-zat bermanfaat untuk tubuh. Kekuatan syaraf otonom mempunyai 2 fungsi yang bekerja secara antagonis, biasa kita sebut sebagai syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis.

Kita mempunyai irama tubuh yang biasa disebut irama sirkadian tubuh dimana mulai jam 3 dini terjadi peningkatan adrenalin. Akibatnya tekanan darah manusia juga meningkat. Padahal kita sedang tidur pulas. Biasanya adrenalin kita bekerja saat kita beraktifitas atau dalam keadaan stress. Selain itu terjadi pula penyempitan pembuluh darah otak yang menyebabkan oksigenasi otak berkurang sehingga kita merasa berat kalo bangun pagi dan cenderung mengantuk. Peningkatan adrenalin juga mengaktivasi sistem pembekuan darah dimana sel-sel trombosit berangkulan membentuk suatu trombus. Trombus inilah yang menyebabkan gangguan kardiovaskuler pada manusia. Semuanya adalah kerjaan saraf simpatis.

Lalu apa hubungannya dengan Sholat???

Hasil penelitian Furchgott dan Ignarro serta Murad tentang suatu zat didalam dinding sel yang dapat melebarkan pembuluh darah menjawab pertanyaan di atas. Zat yang ditemukan itu bernama NO (Nitrit Oksida). Yang luar biasa adalah ternyata Nitrit Oksida ini diproduksi terus menerus selama istirahat termasuk ketika manusia tidur. Zat ini juga mencegah terbentuknya trombus dengan menghambat agregasi/penempelan trombosit. Hasil temuan ini mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Aktivitas Bangun pagi untuk sholat subuh apa lagi dengan berjalan ke mesjid untuk berjamaah dapat meningkatkan kadar Nitrit oksida dalam pembuluh darah sehingga oksigenasi ke otak juga bertambah akibat melebarnya pembuluh darah otak dan yang pasti trombosit dicegah untuk saling menempel jadinya pembuluh darah tidak bertambah sempit. Aktivitas mengejan yang ditimbulkan pada gerakan rukuk dalam sholat meningkatkan tonus syaraf parasimpatis yang melawan efek dari syaraf simpatis seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Subhanallah bukan?? dengan menjalankan sholat subuh apa lagi dengan berjalan ke mesjid (terutama untuk yang laki-laki ni) kita dapat mencegah proses gangguan pada sistem kardiovaskular kita.
Untuk orang-orang yang berfikir, demikian hikmah dari ajakan-Nya “ash shalatu khairun minan naum”.

Rahasia Tidur Panjang Ratusan Tahun Ashabul Kahfi

7 Oktober 2006, sebuah musibah menimpa seorang pengusaha muda Jepang berusia 35 tahun, Mitsutaka Uchikoshi. Ia terjatuh & mengalami cedera kepala ketika sedang berlibur di gunung Rokko, Jepang. Ia dinyatakan hilang. Seorang pendaki gunung akhirnya berhasil menemukan 24 hari kemudian dalam hipotermia.

Saat ditemukan korban dalam kondisi patah tulang panggul, denyut nadinya tak terdeteksi, suhu badan drop hingga 22°C, organ-organ vital tidak menunjukkan aktivitas dan ditambah pula dengan kehilangan darah cukup banyak.

Anda bisa bayangkan apa yang terjadi terhadap seseorang yang hilang ditelan bumi selama 24 hari di tengah gunung bersalju?? Tewas? Tentu itu dugaan banyak orang. Tetapi Allah SWT berkehendak sebaliknya.

Setelah melampaui masa kritisnya, Uchikosi kembali pulih 100% seperti sediakala.

“Ia (Uchikosi) masuk ke dalam kondisi yang serupa dengan hibernasi. Fungsi organnya melambat, tetapi otaknya terlindung & dalam kondisi baik. Saya yakin kemampuan otaknya bisa pulih 100%” ujar Dr Shinichi Sato.

Kasus serupa pernah terjadi pula di Kanada menimpa seorang balita, Erika Nordby. Ia terjebak di luar rumah dalam suhu mendekati 0 derajat Celcius & ia ditemukan oleh ibunya dalam kondisi hampir membeku. Jantungnya berhenti berdetak selama 2 jam & suhu tubuhnya drop hingga 16 °C. Akan tetapi akhirnya bisa pulih kembali.

Para dokter yakin jika misteri ini bisa dipecahkan maka teknologi hibernasi pada manusia akan berkembang di masa depan. Ilmu ini adalah ilmu masa depan yang bisa menyelamatkan para astronot saat menempuh perjalanan panjang ke luar angkasa.

Apaan sih hibernasi? Singkatnya hibernasi adalah mekanisme mempertahankan hidup yang dimiliki hewan mamalia saat musim dingin dengan cara menurunkan level aktivitas metabolisme tubuh, ciri yang paling jelas ya tidur panjang .

Para ilmuwan getol sekali membongkar misteri hibernasi. Mereka yakin hibernasi bisa diterapkan pada manusia. Di dalam Alquran pun kejadian yang serupa pernah diungkap dalam kisah ashabul kahfi. Ini dia Mukjizat Alquran dalam aspek teknologi.

Sekarang mari kita bandingkan vis a vis dengan kisah ashabul kahfi.

Makanan

Ilmuwan :
Cairan kombinasi es & garam yang disuntikkan dalam tubuh agar suhu darah menurun. Lumayan drop dari 37°C s/d 10°C. Apabila suhu darah sudah drop tentu saja metabolisme tubuh pun ikut turun. At least, ini sudah diuji coba pada seekor babi & berhasil. Namun ini hanya berhasil dalam beberapa jam saja.

Menurut para ahli dari University of California & Safar Centre for Resuscitation Research at the University of Pittsburgh, tempo bisa diperpanjang hingga hitungan hari, minggu bahkan bulan dengan catatan tubuh harus diberi makan dalam bentuk tetes yang dialirkan ke pembuluh darah.

Hanya konsekuensi hibernasi : rambut & kuku akan tetap tumbuh. Umur pun tetap bertambah.

Ashabul Kahfi :
Tidak ada asupan makanan apalagi minuman karena para pemuda itu tidur non-stop selama 300 tahun. Yang luar biasa umur tak bertambah sedikitpun.

Kotoran/ Tinja

Ilmuwan :
Sampai saat ini para peneliti masih kesulitan mengatasi urusan yang satu ini. Di antara binatang yang mengadopsi sistem hibernasi pun hanya beruang saja yang tidak punya masalah buang air besar.

Ashabul Kahfi :
Mereka tidak memiliki masalah ini. Apa dalilnya? Apakah anda punya argumentasi yang dapat menjelaskan seseorang yang tidak pernah mendapat asupan makanan & minuman sama sekali tapi masih bisa mengeluarkan kotoran? Bisa-bisa dehidrasi, dong? Jadi no input, no output!

Cahaya

Ilmuwan :
Para ahli nampaknya belum melirik faktor yang satu ini untuk mempertahankan kondisi tubuh. Yang diyakini saat ini menggunakan sistem “drowning in icy water” alias tubuh direndam dalam air es. Metode ini terbukti mampu mengobati tubuh yang terluka atau menyelamatkan pasien serangan jantung setelah “mati” dalam beberapa jam.

Ashabul Kahfi :
Coba perhatikan petikan ayat ke-17 :
“Kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri.”

Dalam medis pun sinar matahari dianggap penting untuk pembersihan, penguatan tulang & kulit dan manfaat lainnya.

Dalam tafsir Al-Qurthubi mengatakan,”Ayat ‘bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri‘, maksudnya adalah bagian kiri matahari mengenai mereka karena sengatannya. Sinar matahari memperbaiki tubuh mereka. Ayat itu dalam hal ini menegaskan bahwa Allah SWT menempatkan mereka di gua yang karakteristiknya unik. Mungkin jika arsitektur gua yang berbeda hasil akhirnya bisa jadi berbeda. Malah, bisa-bisa tubuh terpanggang gara-gara matahari siang!

Lihat betapa Maha Besarnya Allah SWT yang telah membuat mekanisme hibernasi begitu sempurna sehingga usia tak sedikitpun bertambah. Kajian lebih lengkapnya bisa anda baca di Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis.

Rahasia Fisioterapi Wudhu

Rukun shalat yang satu ini tentu tidak akan pernah kita lewatkan. Tentu tidak sah jika kita hendak mengerjakan shalat lima waktu tetapi meninggalkan yang satu ini…ya, apalagi kalau bukan wudhu.

Masih terkagum-kagum dengan perintah Allah SWT dengan pekerjaan remeh yang satu ini. Kenapa tidak?? lalu bagaimana tangan bersama dengan air menyentuh anggota-anggota tubuh. Kenapa wajah yang dibasuh? Kenapa mesti telinga?

Lama sekali direnungkan sampai saya bertemu dengan buku ini, tersibaklah sudah misteri yang menyelimuti wudhu. Setelah membaca ulasan ini saya yakin kita tidak akan menganggap enteng tentang apa arti perintah Wudhu…

Banyak argumentasi yang semakin mendukung. Yuk kita buka satu-persatu misteri wudhu ini :

Setiap perintah Allah SWT tentu memiliki hikmah kebaikan dibaliknya. Bayangkan bahwa wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis & fisiologis. Lima panca indera…kok kena semua tanpa terkecuali disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga & seluruh kulit tubuh. Ini betul-betul luar biasa.

Ahli syaraf/ neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.

Anda tentu pernah mendengar akupunktur kan? Coba cari tahu dimana saja letak titik-titik sensitif yang sering digunakan dalam ilmu akupunktur? Lalu kemudian amati pola wudhu. InsyaAllah anda akan segera menemukan benang merah diantara keduanya.

Coba bayangkan…

Pada anggota badan yang terkena perlakuan wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan kaifiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad yang lalu.

Setelah dihitung-hitung…ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu!!

Anggota Wudhu(rukun dan sunat) Jumlah Titik Akupunktur
Wajah 84
Tangan 95
Kepala 64
Telinga 125
Kaki 125
Jumlah 493

Subhanallah!! Bayangkan jika kita melakukan itu setiap hari paling sedikit 5 kali sehari…

Ternyata kita harus semakin teliti saat menjalani wudhu. Mengapa? Coba ingat-ingat saat kita membasuh telapak kaki & tangan…apakah sela-sela jari sering kita abaikan? Ternyata ada fakta menarik yang tidak boleh luput :

Satu diantaranya adalah ketika melakukan takhlil, diantara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur. Berdasarkan riset fakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna membangun homeostasis. Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak, dan jari jemari kaku.

Lain lagi tentang telinga…ternyata ada 30 hadist yang mendukung ini. BTW, saya pernah coba sebuah produk akupunktur yang menggunakan tenaga listrik. Lucu juga, karena alat ini disimpan di daun telinga. Dan ketika dialiri listrik rasanya seperti telinga ditusuk-tusuk. Saya semakin paham bahwa daun telinga, selain sebagai aksesoris, ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf.

Makanya, saat menyapu telinga itu jangan cuma membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.

Subhanallah…luar biasa ternyata kandungan rahasia wudhu…

http://ariefhikmah.com/hikmah/rahasia-fisioterapi-wudhu/

Pragmatis

Pragmatis? Apa sih artinya? Menurut beberapa referensi yang saya baca, seorang yang pragmatis adalah orang yang melakukan sesuatu demi mencapai tujuan-tujuan praktis (biasanya jangka pendek). Kata pragmatis biasanya sering dilawankan dengan kata idealis. Istilah ini sering digelarkan kepada orang-orang yang ‘power oriented’. Karena itu kata ini punya konotasi negatif.

Kata idealis mewakili segenap sikap yang sering menjadi identitas sosok bernama 'mahasiswa'. Melalui berbagai kegiatan, seringkali sosok tersebut dengan lancar, lantang  dan berani menyuarakan suara-suara idealisme yang diyakininya. Lalu, apa pula definisi mahasiswa idealis? Sederhana saja, mahasiswa idealis adalah mahasiswa yang mampu menganalisis situasi atau masalah yang terjadi di sekitarnya dan mampu mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Dalam konteks tertentu, Saya bukanlah orang yang anti-pragmatisme. Justru, tidak jarang pragmatisme ini membangkitkan semangat. Mengapa? Karena dengan ini, tujuan idealis yang biasanya abstrak berubah menjadi jelas, konkrit, nyata, sehingga terukur. Ingat, motivasi itu lahir berkat jelasnya tujuan dan jelasnya jalan yang akan ditempuh.

Salah satunya, pragmatisme ini saya anut dalam kegiatan perkuliahan. Ceritanya begini. Idealnya, kuliah merupakan sarana kita mendapatkan ilmu, bukan nilai. Tetapi pada prakteknya, nilai menjadi lebih penting. Nilai lah parameter kesuksesan belajar seseorang. Nilai lah yang membuat orang diterima kerja. Nilai lah yang membuat ‘harga diri’ mahasiswa meninggi. Soal-soal ujian pun disusun tanpa berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu, tetapi hanya untuk uji intelektualitas belaka. Bahkan tidak semua ilmu (baca: mata kuliah) kita butuhkan. Jadi, bisa dikatakan bahwa kuliah memang hanya untuk mencari nilai (dan gelar, tentu saja). Adapun ilmu bisa kita cari dengan cara lain.

Hanya saja, jangan sampai tujuan mencari ilmu (sebagai idealisme) kita abaikan. Pragmatisme yang kita anut jangan sampai melenceng dari rel-rel idealisme. Pragmatisme yang idealis, katakanlah seperti itu. Mengejar nilai memang harus, tetapi dalam mencari ilmu, kita harus lebih semangat. Karena ilmu itu lah yang lebih banyak terpakai dalam mewujudkan cita-cita kita. Dan nilai (serta gelar) bukanlah sesuatu yang urgent dalam proses pewujudan cita-cita hidup saya, melainkan untuk kebanggaan dan kepuasan belaka.

Dalam sebuah organisasi, visi dan misi adalah idealismenya. Sedangkan strategi dan program kerja adalah pragmatismenya. Capaian-capaian dan parameter keberhasilan sebuah program kerja harus terukur (measurable). Contoh parameter keberhasilan antara lain: berapa uang yang masuk kas karena program yang kita adakan, berapa anggota baru yang terekrut berkat program kita, berapa orang yang hadir pada program kita, berapa orang yang menyatakan dukungan pada program kita, dan seterusnya. Dan semestinya, strategi dan program kerja selaras dengan visi dan misi organisasi. Artinya pragmatisme itu masih dalam bingkai idealisme.

Dalam konteks demokrasi Indonesia, idealisme merupakan makanan yang lezat, memang. Tapi hanya bagi minoritas orang (yang cerdas saja). Mayoritas menganggapnya susah dicerna, sehingga tidak peduli. Oleh karena itu, menampilkan idealisme hanya akan menarik perhatian minoritas orang saja. Padahal dalam demokrasi, jumlah itu sangat penting.

Orang yang pragmatis? Organisasi yang pragmatis? Politisi yang pragmatis? Parpol yang pragmatis? Bagi saya tidak masalah. Sepanjang mereka punya sarana untuk menggigit idealismenya kuat-kuat. Nah, sarana itulah yang membedakan antara something yang pragmatis tulen dan yang pragmatis-idealis.

Wallahu a’lam bish shawab