Sebuah Realitas

baiklah, di postingan yang lalu saya bercerita mengenai keadaan saya yang belum siap untuk tutorial kedua. pada tutorial kedua, setiap mahasiswa diwajibkan untuk menjelaskan learning issue yang telah ditugaskan pada mereka, lengkap dengan bahan soft filenya. kali ini tutorial membahas tentang penyakit tuberkulosis paru. pada postingan yang lalu telah saya tuliskan bahwa keadaan saya sedang tidak "compatible" untuk urusan belajar sehingga tidak ada satu pun buku yang saya baca untuk menghadapi tutorial kedua.

Tibalah hari rabu, hari tutorial kedua, kami masuk kuliah dari pukul 07.30 dan tutorial dimulai pada pukul 11.50.

kukkuruuuyuuuuuk, bunyi ayam berkokok yang tiba-tiba membangunkan saya dari tidur yang lelap. Waktu menunjukkan pukul 05.00 pagi, betapa kagetnya saya ketika teringat bahwa saya belum belajar untuk tutorial kedua. mulailah saya buka buku patofisiologi price and wilson, setelah membaca sedikit tentang patogenesis TBC, saya pun membuka laptop, berharap ada bahan dari kakak tingkat yang dapat digunakan sebagai soft file. daaaaaaaaaannn... binggo!!! ternyata kasus TBC ini juga pernah ditutorialkan tahun lalu dengan kakak tingkat kami. "oke, tenang des, sekarang ada laporan komplit yang bisa kamu baca", bisikku dalam hati. dan mulailah mata ini mengaplikasikan cara membaca cepat yang pernah dibahas pada blok 1 dulu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 dan itu artinya saya harus bergegas pergi ke tempat kuliah. butuh 30 menit perjalanan bila mengendarai sepeda motor dan 1 jam perjalanan bila dengan angkot. karena saya memang mengendarai sepeda motor, jadi saya sampai di tempat kuliah jam 07.30. setelah sampai, saya sangat bersyukur karena dosennya belum datang. mulailah saya buka buku saku ilmu penyakit paru untuk mencari-cari informasi tentang penyakit TBC. ya!!! jam kosong memang sangat bermanfaat. karena buku yang saya bawa hari ini hanya buku itu saja, maka setelah habis membaca patogenesis TB paru, saya pun berhenti. tak lama kemudian, dosen pengajar sudah datang. hari ini belajar tentang infestasi parasit pada paru, hanya 3 pokok yang kami pelajari, yaitu mengenai ascaris pneumonia, paragonimiasis, dan pneumocystis (carinii) jiroveci pneumonia.

setelah jam untuk kuliah habis, jreng jreng, maka tibalah saat tutorial. tepat jam 11.50 teng tutornya udah masuk ke dalam ruang tutorial. dengan berbekal sedikit ilmu yang saya baca pagi tadi -dengan teknik membaca cepat- akhirnya saya bisa survive untuk tutorial kali ini. tidak saya sangka ternyata sedikit bahan yang saya baca tadi pagi dapat benar-benar membuat saya mengerti tentang patogenesis penyakit ini. tapi tentu saya tidak boleh puas hanya dengan mengandalkan sedikit bacaan itu. masih banyak hal yang harus saya pelajari. dengan model kuliah yang berbasis kompetensi ini, mahasiswa diharuskan untuk lebih aktif dalam mencari ilmu. ya, ilmu itu sangat penting. yang jelas, saya akan malu sekali kepada Tuhan, masyarakat, orang tua, dan diri saya sendiri bila saya tidak dapat menjadi dokter yang berkompeten di masa mendatang. hal ini membuat saya untuk lebih berhati-hati dalam memanfaatkan masa kuliah.

waktu sudah menunjukkan pukul 02.00. sepulang kuliah sebenarnya saya ingin langsung pulang ke rumah, tapi kewajiban sebagai seorang ketua suatu kegiatan mengharuskan saya untuk tetap tinggal di kampus tercinta ini. kegiatan yang saya ketuai ini adalah kegiatan berskala nasional. untuk kegiatan semacam ini tentunya dana yang dibutuhkan akan sangat banyak. hal ini mengharuskan kami bekerja ekstra untuk mencari dana. dengan kendaraan seadanya, mulailah saya dan teman-teman saya menyusuri kota palembang untuk memohon bantuan dana dari beberapa instansi. siang ini sangat terik dan parahnya lagi beberapa instansi yang kami kunjungi tidak dapat diajak bekerja sama. setelah beberapa jam menjadi "bolang" alias bocah petualang, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. matahari pun perlahan tenggelam di ufuk barat pertanda sudah tak seharusnya seorang wanita berada di luar rumah. okay, I'm home...
hari yang sangat melelahkan...
dan besok saya harus kembali melanjutkan perjalanan pencarian dana ini mulai dari jam 10 pagi.
inilah sebuah realitas yang dihadapi mahasiswa aktivis. bila tidak hati-hati, mungkin masa depan adalah taruhannya. di satu sisi saya tidak boleh melalaikan kewajiban saya sebagai seorang mahasiswa -belajar yang baik tentunya-, tapi di sisi lain, saya juga tidak boleh melalaikan amanah saya dalam berorganisasi. hoho, semoga 2 hal tensebut dapat berjalan sinergis dan tidak melemahkan satu sama lain...

wassalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh...

belajar? oh no!

tik tok tik tok...
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 malam...
semua anggota keluargaku (ayah, ibu, pidi, dan adek) sudah tidur semua. tinggalah aku yang masih terjaga di ruang keluarga di hadapan sebuah komputer usang dengan ditemani suara jangkrik dan kucing yang sedang bernyanyi-alias ribut- di luar rumah. sebenarnya aku sudah terbiasa untuk tidur larut malam. setiap kali aku menceritakannya pada teman-teman, perkataan pertama yang muncul dari mulut mereka adalah "belajar ya des?" atau"beeegh, desi belajar terus sampai tidurnya kemalaman!!!" (gubrak). aku tidak tahu mengapa kebanyakan teman di kelas menganggapku sebagai "tukang belajar" atau "orang yang kerjaannya belajar terus", padahal tidak ada sign&symptom dalam diriku yang menunjukkan kalau aku hobi belajar. buka buku di kelas jarang, buat ringkasan untuk ujian juga jarang, nge-print slide-slide dosen belum dilakukan sampai sekarang sejak awal blok, apalagi bacanya, huaaahhhh... belum lagi ditambah kegiatan organisasi yang super sibuk, semakin menambah kemalasanku saja. organisasi=tenaga plus plus+pikiran plus plus=waktu plus plus=istirahat plus plus. So, di rumah aku lebih memfokuskan diri untuk mengistirahatkan pikiranku dari segala penat yang ada, entah itu dengan mendengar murotal Qur'an, ketak-ketik di depan komputer, atau cerita-cerita bareng keluarga.

hari ini hari selasa, setengah hari kuhabiskan untuk praktikum, sepulangnya aku harus berkutat dengan beberapa instansi untuk konfirmasi bantuan dana suatu kegiatan di kampus, dan ini-tentunya- memakan waktu yang cukup lama. setelah urusan organisasi selesai, aku baru teringat bahwa besok adalah hari rabu, hari tutorial kedua. tutorial kedua membahas mengenai skenario yang telah diberikan pada tutorial pertama (hari senin), dan aku dapat tiga learning issue yang harus ku selesaikan. mulailah aku membuka laptop dengan sisa-sisa tenaga yang ada. tetapi, bukannya cari bahan, eh malahan aku buka yang lain. facebook+blogger+twitter+penat seharian+"masalah hati" semakin membuatku malas. ku telusuri laman demi laman dunia maya dan semakin membuat aku tenggelam di dalamnya. inilah pelarian untuk segala penatku hari ini. menyia-nyiakan waktu? sepertinya iya (hehe). tapi apalah daya, ketika kita dihadapkan pada suatu keadaan yang membuat kita "stress", maka manusiawi jika kita mencari pelarian-pelarian lain untuk-sekedar- menghilangkannya sejenak.

sekarang waktu menunjukkan pukul 10.45 malam dan saat ini pikiranku masih kacau. aku tidak ingin memikirkan tentang "pelajaran" dulu. aku ingin rehat walaupun besok notabenenya tutorial kedua dengan dosen yang sangat "berkompeten" menjadi tutor untuk tutorial. tapi apalah dayaku, aku tidak bisa memaksakan jalan pikiran dan hatiku yang terlampau berbeda...

kita lihat saja besok bagaimana kelanjutan ceritaku ini...
dan sekarang, aku mau tidur dulu -kecapekan mode: ON-

wassalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh

Arti Sahabat

Sahabat...
Kata itu mungkin terdengar begitu indah. Tetapi, apa sih sebenarnya makna dari sahabat?
Ada yang mengatakan bahwa sahabat adalah orang yang selalu berada di samping kita saat suka maupun duka, ada lagi yang menganggap bahwa sahabat adalah orang yang selalu membantu disaat kita membutuhkannya, ada yang bilang sahabat itu adalah teman yang benar-benar dekat sampai tahu hal-hal kecil tentang kita, ada juga yang bilang sahabat itu kalau kemana-mana selalu bareng, atau mungkin ada yang mendefinisikan sahabat hanya sebagai tong sampah alias tempat curhat.

Sampai sekarang pun, saya belum menemukan definisi yang tepat untuk kata sahabat. Satu hal yang saya tahu, bersahabat itu sangat menyenangkan. Sepertinya dunia menjadi begitu lebih berwarna dan berpendar-pendar saat berada di antara sahabat dan menjadi buram saat potret itu tidak ada. Dan anehnya, bila bersama mereka, rasa percaya diri terus ada. Saya tak pernah mempertimbangkan rupa, kekayaan, dan penilaian-penilaian superfisial dalam memutuskan seseorang menjadi sahabat saya. Saya pikir, terlalu picik menilai manusia lewat sesuatu yang tidak diusahakannya. Selama dia baik, maka terbukalah tangan saya untuk menambah sosok-sosok dalam siklus kehidupan saya.Lalu bercandalah, bersenang-senanglah kami...

Namun, suatu saat ada masanya saya mengalami phobi terhadap kata persahabatan. Betapa banyak kejadian pahit silih berganti di atas janji-janji muluk persahabatan. Seorang sahabat saya-yang katanya setia- meninggalkan saya untuk laki-laki yang ia sukai. Sahabat satunya yang pernah berjanji sehidup semati, ternyata tidak pernah membalas sms-sms saya lagi setelah pindah ke luar kota. Sahabat lain bahkan tidak punya waktu untuk memberitahukan bahwa dia akan menikah. Ada sahabat yang hanya memanfaatkan saya untuk kepentingannya dan meninggalkan saya begitu saja. Ada juga sahabat yang tak pernah saya duga akan tega memfitnah di belakang punggung saya dan berderet kekecewaan demi kekecewaan yang saya rasakan. Sedangkan saya sangat menyayangi mereka, berusaha sesering mungkin mengontak mereka dan sama sekali tak ingin kehilangan sahabat-sahabat saya, saya merasa pengkhianatan itu tidak sepantasnya saya terima.

Saat itu, saya tidak percaya lagi akan sebuah persahabatan dan tidak berharap banyak akan hadirnya sosok seorang sahabat. Buat apa? toh semuanya akan pergi. Toh semuanya akan punya kehidupan masing-masing. Lalu dimana saya bila terus mengharapkan mereka? ruang apa yang harus saya miliki bila terus kecewa berdarah-darah untuk mereka? bahkan saya benci slogan friendship forever. Itu dusta!!! setiap detik yang dilalui bersama ternyata hanya menjadi kenangan tak bersisa. sia-sia!!!

Anda setuju dengan pendapat saya? bila tidak, tunggulah saat itu. Saat anda ditinggalkan sendirian tanpa tahu apa sebabnya. Tunggu saat anda dihinakan di depan orang-orang tanpa anda berbuat apa-apa. Tunggulah kecewa itu. Anda akan memahaminya. Bukan saya mendoakan lho. Saya hanya minta anda bersiap-siap. Tapi bila anda mengiyakan pendapat saya, tunggu sebentar. Saya harus mengingatkan peristiwa mengagumkan ini.

Diriwayatkan oleh Al-Adwi, izinkan Qurthubi bercerita kepada kita: ketika terjadi perang Yarmuk, aku mencari keponakanku, aku ingin memberikan minuman padanya dan aku temui dia dalam keadaan sekarat. Aku mendekatinya dan bertanya, "Maukah kau minum air ini?", ia menganggukkan kepalanya. Tapi tiba-tiba terdengar rintihan temannya yang sangat memilukan. Dia mengisyaratkan agar aku menemui temannya itu, Husein bin Ash. Aku berkata, "Maukah kau minum air ini?", ia menganggukkan kepala, tetapi kemudian Husein menolak karena mendengar teman yang lain merintih pula dan memintaku menemuinya. Ketika aku menjumpainya, ternyata ia sudah syahid. Lalu aku kembali kepada Husein, ia pun telah syahid. Seterusnya aku bergegas menemui keponakanku lagi dan ternyata dia juga sudah syahid.

Benarkah cerita itu? benar, wahai saudaraku. peristiwa luar biasa dari orang biasa. ya, sangat biasa. Seperti halnya kita, mereka punya kebutuhan layaknya manusia biasa. Punya untaian syaraf, sehingga merasakan sakit yang sama. Punya rasa haus yang sama. Perih yang sama. Lalu di tengah kecamuk perang, di keringnya pasir panas yang tandus, saat ruh sudah hampir tercabut dari raganya, untuk apa mereka masih memikirkan temannya? karena persahabatan kah? karena rasa tolong-menolongkah? Bukan. Demi Allah, bukan!!!

Karena kecintaan kepada Allah lah yang dapat mengorbankan jiwa, menguatkan hati dalam pedih derita. Hanya karena Allah menyuruh mereka mencintai rasul-Nya. Hanya karena Allah menyukai bila mereka mendahulukan saudara... Duhai Qurthubi, saat kau berlari-lari membawa kendi air, kau takjub bersama kami.

"Seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Ketika malaikat menemuinya dan berkata, "kau mau kemana?", Ia menjawab, "aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini". Malaikat terus bertanya, "apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu?", dia menjawab, "Tidak, tetapi hanya aku mencintainya karena Allah". Malaikat berkata, "sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya". (HR. Muslim)

Sahabat, bersahabatlah karena Allah saja sehingga aktivitas kita berada dalam selimut rahmat-Nya. Saling mengenal dan menolong dalam kebaikan, berkorban, saling menyayangi, dan menasehati... Bergabunglah dalam lingkaran-lingkaran sahabat yang tak lelah dan setia pada seruan Rabb mereka, yang tak henti saling bergandengan dalam kesabaran dan keshalihan.

agar persahabatan itu tidak sebatas atmosfer bumi yang fana saja. agar ia membumbung ke 'arsy-Nya dan berharga di mata-Nya. agar cinta-Nya turun ke bumi dan merasuk dalam diri kita. agar kita dibanggakan di depan malaikat-malaikat-Nya.

dan saya pun mulai percaya pada persahabatan...

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa" (QS Az-Zukhruf: 67)

Sungguh kita telah diperingatkan...