:):

pas ngeliat review blog saya sekali lewat, saya baru sadar ya, ternyata isi blog saya ini campur aduk ga karu-karuan, kayak gado-gado.
jadi agan-agan sekalian, mohon dimaklumin aja yak kalo saya ini agak bipolar dan punya beberapa kepribadian, wkwkkwk...
like it or not, this is my little world, and I enjoy it! :D

Mencintai karena Allah?

mungkin kita seringkali mendengar ungkapan "mencintai karena Allah" bila seseorang hendak menikah atau sudah menikah atau baru mau memilih pasangan. seorang sahabat pernah berkata kepada saya bahwa bila dia hendak menikah, dia menginginkan pasangan yang mencintainya karena Allah dan dia pun mencintainya karena Allah. secara teoritis, ya mungkin dapat kita terjemahkan bahwa mencintai seseorang karena Allah -dalam konteks memilih pasangan- itu berarti mencintai seseorang yang dapat mengajak kita ke jalan Allah agar setiap jalan yang ditempuh selalu berada dalam ridho-Nya. ya tapi itu cuma teori. dalam kehidupan nyata, susah sekali menemukan yang seperti itu. kebanyakan orang terlebih dahulu melihat "apa yang ada" pada diri si calon (kecantikan, pendidikan, keturunan, harta, dll) ketimbang melihat agama si calon dan menerima "apa adanya" kondisi si calon tersebut. 
saya sendiri masih sulit menemukan definisi dari "mencintai karena Allah", hingga suatu hari saya menemukan contoh real dari "mencintai karena Allah". begini kisahnya:
saya memiliki seorang sahabat yang berasal dari India, saya mengenalnya setelah ia tinggal di Indonesia bersama istrinya yang merupakan kakak tingkat saya. mari kita flashback sewaktu dia masih tinggal di India dan belum menikah. dia adalah seorang dokter yang telah bekerja di India, keluarganya tergolong keluarga kelas menengah ke atas, serba berkecukupan, dan penampilannya pun menarik. sebelumnya, dia beragama hindu dan seluruh keluarganya beragama hindu. Allah memberi hidayah kepadanya hingga akhirnya dia masuk Islam. dia pun mulai bersahabat dengan orang-orang Islam, tapi keluarganya tidak tahu kalau dia sudah masuk Islam. untuk mempertahankan keislamannya dan memperdalam ilmu agamanya, ustadznya menyarankan agar ia menikahi seorang wanita islam dari negara lain yang memiliki lingkungan Islam, jauh dari keluarga dan lingkungannya di India yang tidak Islam. dia pun menyetujui dan menyerahkan sepenuhnya perihal wanita tersebut kepada sang ustadz. akhirnya dia pun menikahi sang akhwat yang merupakan kakak tingkat saya. dia belum pernah melihat akhwat tersebut, dia belum pernah ke Indonesia, tidak punya keluarga atau kenalan seorang pun di Indonesia, dan dia tidak tau apapun tentang si akhwat tersebut, yang dia tahu, akhwat tersebut memiliki agama yang bagus.
di Indonesia, dia memulai semuanya dari nol, dia tidak bisa bekerja sebagai seorang dokter di Indonesia karena dia tamatan India, kecuali dia mengambil program spesialis. dia juga tidak bisa berbahasa Indonesia, tidak punya seorangpun yang dikenal, menjalani hidup yang sederhana, jauh dari kehidupannya di India.  
menikahi akhwat yang belum pernah dikenal, pindah ke lingkungan yang sangat asing tanpa seorangpun yang dikenal, dan hidup dalam kondisi yang sangat sederhana merupakan hal yang sangat "beresiko" menurut saya, tapi dia rela melakukan hal tersebut demi menyelamatkan agamanya, demi mendapat ridho dan ampunan dari Allah.
jelas sekali dalam ingatan saya, sewaktu saya mengunjunginya dan istrinya di kost-an istrinya, dia berkata, "sister, I marry her just because of Allah, because Allah, inshaAllah". perkataannya sangat menyentuh hati saya, baru kali ini saya melihat seseorang yang benar-benar menikah dengan landasan "mencintai karena Allah". saya sangat terharu dan pada akhirnya saya dapat menemukan apa itu yang dimaksud dengan "mencintai karena Allah" dalam kehidupan nyata, yang contohnya dapat saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.
in the end of the story, saya hanya bisa berdoa semoga Allah selalu melindunginya, menjadikannya seorang pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, menaungi rumah tangganya dalam rahmat-Nya sehingga menjadi keluarga yang senantiasa sakinah, mawaddah, dan warohmah. aamiin.

Doa dalam ayat


(Ibrahim berdoa), "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan".
(QS 26:83-85)

aamiin...

Qurrota A'yuni

dua hari yang lalu, saya terbaca salah satu ayat al-Qur'an yang -subhanallah- bagus banget. berikut penggalan ayatnya:


"... Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." 
(QS 25:74)



aamiin ya Rabbal 'alamiin...
semoga saya bisa menjadi seorang qurrota a'yuni yang baik kelak...

kebenaran yang menyakitkan

terkadang, kebenaran memang menyakitkan untuk diketahui. tapi yaa lebih baik begitu daripada sudah menyimpan harapan yang tinggi, tapi malah terjatuh pada akhirnya.
kecewa. ya itu pasti. tapi, biarlah waktu menjadi penyembuh yang paling baik.
terima kasih ya Allah karena telah menunjukkan kebenaran ini.
akhirnya saya tau, meski itu sangat menyakitkan.
dan saya yakin, Allah lah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.


yea, it's quite true!

“How many of us have conflicts with someone else- and how many of us pray for that person? We have individuals with whom we are competitive, or whom we dislike or have a quarrel with; but very few of us have true enemies in the martial sense. And yet if Lincoln could pray fervently- and contemporary reports indicate he did- for the people who were opposing him, how much more can we do for someone we just find a little irritating?”

― John Wooden, A Game Plan for Life: The Power of Mentoring 

Tomorrow

“Remember this your lifetime through:
Tomorrow there will be more to do.
And failure waits for all who stay
with some success made yesterday.
Tomorrow you must try once more,
and even harder than before.”


― John Wooden

Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari


waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari 
matahari mengikutiku di belakang

aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


-Sapardi Djoko Damono-


Sepayung berdua

saat hujan, seringkali orang-orang berhenti untuk berteduh, banyak yang tidak bisa melanjutkan perjalanan karena aral lintang khas hujan, seperti basah, becek, air menggenang, dan cipratan-cipratan air yang suprising. Keadaan akan membaik ketika ada teman yang membuka tas dan mengeluarkan payung kecil lipatnya. Urusan tebeng menebeng payung pun dimulai, kalo diamat-amati, ada banyak tipe join di payung kecil ini. Ada yang merasa nggak enakan, sudah ditebengi, lalu mengambil alih sebagai si pemegang payung, ada juga yang mengatur posisi depan belakang, jadi nggak sampingan, ada yang saling mengorbankan untuk sedikit keluar jalur, mengorbankan dirinya kena tampias hujan. Ah, tidak hanya itu, kita juga perlu menyelaraskan langkah, biar tetap satu naungan. Romantis kan? Dengan mata yang lebih sering menatap kebawah, kita dipaksa untuk melihat sandal atau sepatu yang mulai kotor kena cipratan-cipratan air, pembicaraan mengalir, apalagi jika jarak yang ditempuh cukup jauh. Solidaritas pun mulai terbangun, jika yang memberi tebengan payung itu teman yang baru kenal, maka sedikit banyak kita akan lebih mengenal dia, jika yang memberi tebengan teman dekat, maka kita akan semakin dekat. Ah, banyak hikmah dan hal-hal kecil yang bisa diamati hanya karena masalah sepayung berdua.




hujan di bulan september






trust


Apa yang membedakan kawan baik, kawan biasa, bukan-siapa-siapa, dan bahkan musuh? I guess it's a trust between. Dan saat kepercayaan ini hilang, kawan baik turun derajat menjadi kawan biasa, kawan biasa turun derajat menjadi bukan-siapa-siapa, yang bukan-siapa-siapa turun derajat menjadi musuh. dan bukannya tidak mungkin kawan baik terjun bebas derajatnya menjadi musuh.



di persimpangan

Cukuplah...
kusimpan semua ceritaku
yang dulu

Tentangku...
tentang apapun yang membuatku
tiada berarti

Di persimpangan...
aku berdiri
membisu
harus kuputuskan
kemanakah ku melangkah

Jangan lagi usikku
meski aku tak tau
kemana lagi aku berlari
kejar harapan
yang sempat mengelam

biarkanlah
kuhidup dengan nafas yang baru
nafas yang menyimpan kedamaian

di persimpangan
aku berdiri...

Cukup kusimpan semua kelamku
tentangku
dan masa lalu yang membuatku
tiada berarti...




*edcoustic* dengan sedikit modifikasi

Jalan Kembali


beberapa hari ini, saya seperti ditunjukkan jalan kembali oleh Allah. dulunya, saya sempat berpikir untuk menjauh, berislam dengan cara saya sendiri. tapi entahlah, saya merasa beberapa kejadian yang menimpa saya belakangan ini justru seolah-olah menyiratkan bahwa Allah menginginkan yang sebaliknya. 
hari kedua saya masuk kuliah, salah seorang sahabat saya, Lisa, tiba-tiba mengenakan jilbab, tidak tanggung-tanggung, jilbabnya lebar banget. saya agak syok melihat sahabat saya seperti itu karena dia pernah berkata (berulang-ulang kali malah) bahwa dia hanya akan berjilbab setelah menikah. saya tidak menyangka hidayah yang kepadanya sedemikian dahsyatnya sehingga mampu mengubah pendiriannya. keesokan harinya, saya, lisa, dan sahabat saya yang lain, yaitu yama, sedang makan di suatu kedai, lalu kami terlibat suatu obrolan tentang alasan Lisa berjilbab. dan saya lebih syok lagi sewaktu Lisa berkata bahwa salah satu (dari banyak hal) yang membuat dia terinspirasi untuk berjilbab adalah perkataan saya di waktu bulan Ramadhan kemarin, waktu kami terakhir kali bertemu sebelum dia mudik lebaran. padahal, perkataan itu benar-benar keluar dari hati saya yang terdalam disaat saya sedang stres, putus asa, kacau balau, hancur berantarakan (lebay), dan rasanya tidak mungkin menginspirasi orang, apalagi untuk berjilbab. tapi wallahu'alam ya, hati orang kan beda-beda.
terus, disaat saya sedang galau-galau gini, sahabat saya yang lain, yama, malah bilang bahwa dia semakin merasa dekat dengan Allah (subhanallah ya, jarang2 yama ngomong gini, hehe, piss^^). siang ini, salah satu teman dekat saya yang lain di kelas, tiba-tiba menghampiri saya. kami memang tidak sedekat dulu lagi karena kami sudah punya kelompok masing-masing, tapi tadi dia tiba-tiba menghampiri saya dan berkata dia mau ikut tarbiyah dan mau satu tarbiyah dengan saya. saya merasa miris dalam hati saya, disaat saya berpikir untuk menjauh, sahabat-sahabat saya yang lain malah justru dalam fase yang semakin dekat dengan Allah.
beberapa hari ini juga, entah mengapa, kilasan memori tentang beberapa jilbaber dan ikhwah lain yang memang baik luar dan dalam itu seringkali muncul dalam ingatan saya, seolah-olah saya diingatkan bahwa tidak semua dari mereka itu sejahat yang saya pikirkan dan pernah saya temui.
saya juga mendapat banyak dukungan dari teman-teman saya yang lain sesama ikhwah, yang masih peduli dengan saya, menguatkan agar saya tidak berbelok terlalu jauh.
entahlah, semua ini seolah-olah Allah sedang menunjukkan saya jalan untuk kembali, ya jalan kembali...

tapi... ya sudahlah...

Doa

Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani

Ampunilah kami
Ampunilah
Amin

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan AsmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu

Ampunilah kami
Ampunilah
Amin 



-Taufiq Ismail-

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu





-Sapardi Djoko Damono-

Question on Neglect

is it a sin, if you love someone who is already married? just love, nothing else.

-question on neglect-


love never come in a perfect way
she's just love, such a simple love,
a love that will be hidden in her heart forever,
without being able to get it.


hilang

semangat, dimanakah engkau?
mengapa sulit sekali menemukanmu?
dimanakah kau bersembunyi?
atau mungkin kau telah pergi meninggalkan seonggok daging yang tiada artinya ini?
pergi seiring asa yang telah sirna ditelan kerasnya kehidupan...
 
aku sendirian disini,
sementara banyak hal yang harus aku selesaikan,
banyak hal yang harus aku kerjakan,
dan untuk memenuhi semua tuntutan itu,
aku membutuhkanmu, wahai semangat.. 




Aku Ingin

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” 




Karya Sapardi Djoko Damono
Sumber: Horison/Kakilangit, Februari, 2000



Saya suka sajak ini, mungkin anda juga^^

Hujan dan Teduh

kepadamu,
aku menyimpan cemburu dalam harapan yg tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu
mungkin, jalan kita tidak bersimpangan
ya, jalanmu dan jalanku
meski, aku masih saja menatapmu dengan cinta yang malu-malu

aku dan kamu, seperti hujan dan teduh
pernahkah kau mendengar kisah mereka?
hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan
seperti itulah cinta kita, seperti menebak langit abu-abu

mungkin, jalan kita tidak bersimpangan...
 
 
hujan dan teduh-wulan dewatra-gagas media